Arsip | Januari, 2016

KRITIK ARSITEKTUR APRESIASI BUDAYA (PASAR GEDE HARDJONAGORO SOLO)

19 Jan

Kritik Arsitektur Terkait Aplikasi pada Pasar Gede Hardjonagoro Solo

Bentuk pengaplikasian arsitektural Jawa (tradisoanal) dan arsitektural Belanda yang diterapkan pada bangunan Pasar Gede Hardjonagoro sudah sangat baik, penggabungan yang unik dengan bentuk bangunan yang terpadu antara struktur bangunan (Belanda) dan struktur atap (Jawa). Gaya Belanda yang kental pada fasad memberikan kesan kokoh dan megah dan gaya atap Jawa yang mewakilkan unsur budaya tradisonal yang mencirikan arsitektur bangsa.

 

Secara struktural, bangunan pasar Gede berada pada kesatuan ekologi kultural (situs sakral pasar candi) sebagai bagian dari bangunan jobo keraton (luar keraton), yaitu pasar gede, tugu pemandengan ndalem, gapura gladhag, gapura pamurakan, alun-alun, masjid agung, pagelaran dan siti (hi)nggil. Sementara dikaji secara fungsional memang sejak dahulu juga sudah berfungsi sebagai pasar transaksi model Jawa.

 

Sebagai peninggalan sejarah, Pasar Gede berhasil menapakkan jejak masa lampaunya pada tiga kategori fakta, yaitu artefak (seni arsitektur bangunannya sendiri), social fact karena pasar sebagai tempat interaksi sosial (gedhe kumandange), dan manti fact melambangkan sakral-magis karena melahirkankonsep dasar pasar candi. Oleh karena itu, Pasar Gede akan senantiasa dikenang sepanjang masa oleh masyarakat Solo karena mengandung nilai memori-kolektif yang melekat di hati rakyatnya.

 

Arsitektur Pasar Gede banyak dikutip oleh banyak peneliti arsitektur asing. Pasar itu pernah terbakar pada tahun 1948 dan selesai dibangun kembali tahun 1954. Pasar Gede merupakan salah satu tujuan wisata, terutama wisatawan domestik. Selain bangunannya terkesan antik, di bagian dalam pasar tradisional ini tampak tertib dan bersih. Bangunan semacam ini memiliki nilai-nilai filosofi bangunan Jawa, yaitu diantara yang tampak dan yang tidak tampak, ada kandungan tuntutan hidup. Situs Pasar Gede memang patut digugah kembali karena kandungan sejarahnya sangat kental dengan situs kapujanggan keraton. Pada kawasan 200 meter dan civic center-nya kota Solo akan ditemui simbol-simbol budaya kota (Indies atau Indolen) yang mengurai kandungan ekologi lingkungan budaya yang sakral-magis.

 

 

Pasar Gede Tempo Dulu

pasar-gede5-1937-Asia-Maior copy

Gambar 2.13. Pasar Gede Tempo Dulu

Foto ini, hasil karya Bpk.Saptono Padmomaruto, Karyawan RRI Surakarta & P.N Lokananta. Th. 1947-1978.Foto ini di foto Th 1950.

Pasar Gede Saat Ini

pg2

Gambar 2.14. Pasar Gede Saat Ini

Foto ini, hasil karya Bpk. Wibowo wibisono, http://www.fotografer.net/forum/forum.view.php?id=949390 dan Image google

Sumber :

Heri Priyatmoko, dkk. 2006. Solo Tempo Doeloe Dagang dan Air. Solo

Nancy K. Florida, Javanese literature in Surakarta manuscripts / Vol. 2 Manuscripts of the Mangkunagaran Palace, Cornell University Ithaca, NY : Southeast Asia Program (SEAP), 2000

file:///C:/Users/User/Downloads/S1-2014-268471-chapter1.pdf